Showing posts with label Cermin Hidup. Show all posts
Showing posts with label Cermin Hidup. Show all posts

12 September 2011

Memahami Fenomena Berbicara

Ada tiga pertanyaan dan sekaligus tiga jawaban:

A. Bicara baik atau diam.
B. Manusia punya tugas besar di dunia. Salah satunya adalah untuk berbicara. Berbicara untuk saling mengingatkan dan mengajak manusia pada kebaikan.
C. Meningkatkan kemampuan berbicara yang baik dan tahu kapan harus diam.

Tips Aa Gym:
1. Menahan diri saat berhadapan dengan orang yang marah;
2. Tujuan perkataan dan apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan;
3. Berbicara di saat yang tepat;
4. Pilihlah kata-kata terbaik, saat terbaik, waktu terbaik dan tempat
terbaik;
5. Sebelum berkata-kata, kata-kata adalah tawanan kita. Setelah itu,
sebaliknya;
6. Bertanya pada diri sendiri, haruskah saya berbicara?
7. Kata-kata paling bernilai hanya ada dalam empat kasus yaitu:
- Jika mendapat nikmat, bersyukur;
- Jika mendapat musibah, bersabar;
- Jika mendapat taufik, mengakui bahwa semua itu hanya karena berkat dan karunia-Nya;
- Jika tergelincir melakukan dosa, meminta ampun kepada-Nya.
8. Tidak sembarang berbunyi;
9. Percayalah, diam itu emas;
10. Perhatikan dengan siapa kita berbicara.

Tips Harun Yahya:
1. Berkata-kata dengan memuji-Nya;
2. Sering mengingat-Nya dalam berkata-kata;
3. Memanggil-Nya dengan nama-nama baik-Nya;
4. Berbicara dengan memahami bahwa Dia selalu bersama kita;
5. Berbicara dengan tidak mengasosiasikan-Nya dengan yang lain;
6. Berbicara dengan memahami ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya;
7. Berbicara dengan memahami bahwa setiap pekerjaan dan aktivitas
hanya berjalan sesuai kehendak-Nya;
8. Menerapkan ajaran-Nya dalam berbicara;
9. Berbicara dengan memahami kepastian takdir-Nya;
10. Berbicara dengan memahami keberadaan hal-hal baik dalam segala
sesuatu;
11. Berbicara dalam keadaan mempercayai-Nya;
12. Berbicara dengan memahami bahwa hidup ini hanya sementara;
13. Berbicara dengan menunjukkan perhatian pada persoalan benar dan
salah sesuai ajaran-Nya;
14. Menghindari gaya bicara setan;
15. Bergabung dengan pembicaraan yang benar dan menghindar dari
pembicaraan yang salah;
16. Berbicara dengan bijaksana;
17. Berbicara dengan ramah;
18. Berbicara benar;
19. Berbicara dengan penuh kepekaan;
20. Berbicara dengan logis;
21. Menyampaikan kabar baik;
22. Berbicara dengan membuat orang lain senang dan antusias;
23. Mengatakan yang terbaik;
24. Tidak berangkat bicara dari sisi yang rendah atau gelap dari diri, atau dari keinginan pribadi;
25. Bicara dengan mengukur, berbudi dan menghormati orang lain;
26. Berbicara dengan bersahaja;
27. Berbicara dengan toleransi dan memaafkan;
28. Tidak berbicara di belakang orang lain dan tidak menggosip;
29. Tidak berbicara dengan curiga dan memfitnah;
30. Tidak berbicara dengan mengejek;
31. Tidak berbicara dalam ketamakan dan iri hati;
32. Tidak membuat pernyataan yang kosong atau tidak berarti;
33. Tidak menginterupsi dan berbicara lemah lembut;
34. Berbicara dengan gaya dan cara yang dipahami lawan bicara;
35. Menghindari bicara hipokrit;
36. Tidak berbicara yang menimbulkan keragu-raguan;
37. Tidak berbicara dengan menyelidik dan mengorek-ngorek;
38. Tidak berbicara yang mendekatkan orang lain kepada setan;
39. Tidak berbicara yang menyulitkan atau menyudutkan orang lain;
40. Berbicara yang berpihak dan membela kebenaran dan keadilan.

Tips Mamarinta Omar Mababaya dan Dr.Norlain Dindang Mababaya:
1. Berbicara yang disenangi-Nya;
2. Berbicara setulusnya untuk hal-hal yang disenangi-Nya;
3. Mengajak orang lain pada kebaikan dan kebenaran;
4. Berbicara dengan mengerti, bijak dan indah;
5. Berbicara sebagai orang yang memahami kebenaran dan memiliki keyakinan.

Well, berat sekali tugas kita. Dan kita harus menjawab yang mana: A, B, atau C?

Selengkapnya...

08 September 2011

Tahukah kita ?

Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang.
Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi.
Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benardan mana yang salah.

Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita.
Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya.
Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita,pikiran kita dan ide kita.
Dan apa yang anda pikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga daripada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut.
Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti,bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan.
Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita.
Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam.
Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.
Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.

Selengkapnya...

07 September 2011

Tips Agar Lebih PEDE

Rasa percaya diri merupakan salah satu modal untuk meraih sukses dalam
meniti karier. Tetapi masalahnya, tidak semua orang memiliki rasa percaya
diri yang memadai. Makanya jika anda termasuk orang yang tidak atau kurang
"pede", jangan cuma pasrah. Tumbuhkan dan kembangkan rasa percaya diri anda.
Dan jika anda sudah memiliki rasa percaya diri yang baik, peliharalah rasa
"pede" tersebut. Caranya? Lakukan hal-hal berikut ini:

* Pujilah diri sendiri
Jangan ragu untuk memberi selamat pada diri sendiri ketika anda berhasil
meraih prestasi, walau sekecil apapun. Caranya yaitu dengan berbicara pada
diri sendiri, "ya saya memang pantas mendapatkannya karena saya telah
bekerja keras". Kalau perlu berikan hadiah pada diri anda sendiri, misalnya
dengan membeli sepatu atau jam tangan yang telah lama anda inginkan. Memuji
diri sendiri sepanjang tidak merugikan dan menggangu orang lain dapat
berpengaruh positif pada anda. Karena tindakan ini dapat membantu anda lebih
percaya diri dan optimis dalam mengerjakan apapun, terutama dalam
melaksanakan tugas-tugas anda. Dengan demikian anda juga telah belajar
menghargai diri sendiri. Tapi ingat...jangan berlebihan..karena akan berakibat KESOMBONGAN.

* Buatlah agar orang lain menghormati anda
Ingat, anda tidak bisa memaksa orang lain menghormati anda jika anda sendiri
tidak menghormati diri sendiri dan orang lain. Cara bicara yang seenaknya
dan gaya berpakaian anda yang tidak sopan adalah contoh bahwa anda tidak
menghormati diri sendiri. Jika anda tidak bisa menghormati diri
sendiri bagaimana orang lain mau menghormati anda? Menghormati orang lain
tanpa memandang pangkat dan jabatan juga merupakan upaya agar orang lain
menghormati anda. Jika anda merasa orang lain menghormati anda, anda akan
lebih percaya diri dalam melakukan apapun. Patut anda catat, membuat orang
lain agar menghormati anda bukan berarti anda "gila hormat".

* Jangan takut gagal
Orang yang selalu takut gagal mustahil bisa mempunyai rasa "pede" yang lebih
baik. Mereka yang takut gagal selalu dihantui rasa bersalah setiap ingin
melakukan apapun. Hal ini jelas akan menghambat kemajuan karir anda. Jika
anda pernah mengalami kegagalan masa lalu jangan jadikan kegagalan itu
sebagai masalah "traumatis". Tapi sebaliknya jadikan pengalaman dan
pelajaran berharga untuk meraih yang lebih baik. Dengan mengenyahkan rasa
cemas dan takut "gagal" otomatis rasa percaya diri anda akan tumbuh.

* Buatlah target sukses yang lebih luas
Membatasi target sukses hanya membuat anda terbelenggu pada ukuran sukses
yang sesungguhnya amat relatif. Umumnya, jika anda sudah mencapai kesuksesan
yang diinginkan, anda akan merasa puas dan membuat anda berhenti sampai
disitu. Sehingga anda merasa tidak perlu berjuang lebih keras.
Karena itu jangan batasi kualitas dan kuantitas kesuksesan anda. Sekali anda
mencapai sukses yang telah anda targetkan, anda akan sulit untuk lebih maju
dan berkembang. Dan ingat, setiap kali anda mengimpikan sukses, setiap kali
itu pula anda akan merasa lebih pede dalam menggapainya.

* Yakin bahwa anda bisa
Tanamkan keyakinan pada diri sendiri bahwa anda bisa melakukan dan
menyelesaikan pekerjaan apapun, bahkan yang paling sulit sekalipun. Dengan
demikian anda telah berpikir positif terhadap diri sendiri. Dan hal ini
dapat memberi kekuatan dan menumbuhkan percaya diri pada anda setiap kali
anda ingin melakukan sesuatu.

Jika anda telah memiliki rasa percaya diri yang baik berarti modal untuk
meraih sukses telah berada dalam genggaman anda. Tetapi tentu rasa 'pede'
saja tidak cukup untuk menggapai sukses. Untuk menggapainya perlu dibarengi
usaha, kerja keras dan doa.

Selengkapnya...

Hati Yang Dicari

Dalam sebuah kenduri....
seorang tua bermatematika.
Di dunia ini banyak sisi berkeping dua
Atas bawah, kiri kanan, depan belakang
Timur Barat, Utara Selatan, Malang Melintang
Pagi Senja, Siang Malam, Gelap Terang
Laki Wanita, Tua Muda,Tenang Jalang
Kaya Miskin,Maju Mundur, Mapan timpang....

Bertanya seorang muda
Adakah matematika lain....??

Di alam semesta ini
Ada malaikat yang berakal
tapi tidak bersyahwat
Ada binatang yang bersyahwat
tapi tidak berakal
Antara dua sifat itulah manusia dicipta

manusia dengan akalnya memiliki
sebagian sifat malaikat
manusia dengan syahwat memiliki
sebagian sifat binatang

Bertanya seorang anak,
Dimana letak matematikanya....??

Dijawab oleh Sang Tua
Jika Syahwat mengalahkan akalnya
maka manusia akan lebih jahat dari binatang
Jika akal mengalahkan syahwatnya
maka manusia akan lebih baik dari malaikat

Tuhan memberi kita :-
2 kaki untuk berjalan........
2 tangan untuk memegang...........
2 telinga untuk mendengar.....
2 mata untuk melihat.......
Tetapi...
Mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati
pada kita??????

Kerana... Tuhan telah memberikan sekeping hati lagi
pada seseorang untuk
kita mencarinya...... ^_^

Selengkapnya...

Hadiah Terbaik Untuk Diri Sendiri

Setiap orang pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan. Ada masa sulit dalam berumah tangga, kehidupan karir, kesehatan, atau kehidupan pribadi yang diguncang badai. Kebanyakan juga setuju kalau masa-masa sulit ini bukanlah keadaan yang diinginkan. Sebagian orang bahkan berdoa, agar sejarang mungkin digoda oleh keadaan-keadaan sulit. Sebagian lagi yang dihinggapi oleh kemewahan hidup ala anak-anak kecil, mau membuang jauh-jauh, atau lari sekencang-kencangnya dari godaan hidup sulit.

Akan tetapi, sekencang apapun kita menjauh dari kesulitan, ia tetap akanmenyentuh badan dan jiwa ini di waktu-waktu ketika ia harus datang berkunjung. Rumus besi kehidupan seperti ini, memang berlaku pada semua manusia, bahkan juga berlaku untuk seorang raja dan p! enguasa yang paling berkuasa sekalipun.

Sadar akan hal inilah, saya sering mendidik diri untuk ikhlas ketika
kesulitan datang berkunjung. Syukur-syukur bisa tersenyum memeluk kesulitan. Tidak dibuat sakit dan frustrasi saja saya sudah sangat bersyukur. Pelukan-pelukan kebijakan seperti inilah yang datang ketika sang hidup sempat membanting saya dari sebuah ketinggian. Sakit memang, tapi karena ia sudah saatnya datang berkunjung, dan kita tidak punya pilihan lain terkecuali membukakan pintu rumah kehidupan, maka seterpaksa apapun hanya keikhlasanlah satu-satunya modal berguna dalam hal ini.

Senyum penerimaan terhadap kesulitan memang terasa kecut di bibir. Dan sebagaimana logam yang sedang dibuat menjadi patung indah, kesulitan memang terasa seperti semprotan panasnya api mesin las, dihajar oleh palu besar, kencangnya cubitan tang, menyakitkannya goresan-goresan amplas kasar, atau malah tidak enaknya bau cat yang menyelimuti selu! ruh badan patung logam. Semua tahu, kalau badan dan jiwa ini kemudian akan menjadi 'patung logam' yang lebih indah dari sebelumnya. Tetapi tetap saja ada sisa-sisa ketakutan - dan bahkan mungkin trauma - yang membuat kita manusia menghindar dari kesulitan.

Cuma selebar apapun goresan luka yang dibuat oleh kesulitan, ada mahluk yang amat berguna dan amat dibutuhkan dalam pengalaman-pengalaman menyakitkan ini, ia bernama sahabat. Tidak semua sahabat fasih memberikan nasehat. Tetapi dengan kesediaannya untuk mendengar, sinaran mata yang berisi empati, kesediaan untuk menjaga rahasia, sahabat menjadi permata berlian yang amat berguna dalam keadaan-keadaan ini.

Di rumah saya memiliki seorang sahabat yang amat mengagumkan. Dari segi pendidikan formal ia hanya tamatan SMU. Bahkan SMU tempat ia bersekolah dulu sudah bubar, sebagai tanda ia bukanlah berasal dari sekolah yang terlalu membanggakan. Namun nasehat serta keteladanan hidupnya kadang mengagumkan.

Di kantor saya memiliki sejumlah bawahan yang datang sama manisnya baik ketika dipuji maupun setelah di! maki. Seorang tetangga menelpon, mengirim SMS dan bahkan menyempatkan diri berkunjung ke rumah. Tidak untuk memberikan ceramah, hanya untuk mendengar. Seorang sahabat dekat yang memimpin sebuah raksasa teknologi informasi bahkan mengatakan bangga menjadi sahabat saya.
Ketika tulisan ini dibuat, seorang sahabat lama yang tinggal di Surabaya menelepon, tanpa bermaksud menggurui ia mengutip
kata-kata indah Confucius :
'Manusia salah itu biasa, tetapi menarik pelajaran dari kesalahan itu baru luar biasa'.

Apa yang mau saya tuturkan dengan semua ini, rupanya sahabat adalah hadiah paling berharga yang bisa kita berikan pada diri
kita sendiri. Secara lebih khusus ketika kita ditimpa kesulitan yang
menggunung. Sehingga patut direnungkan, kalau kita
perlu menabung perhatian, empati, cinta buat para sahabat. Tidak untuk berdagang dengan kehidupan. Dalam arti, memberi dengan harapan agar diberi kelak. Melainkan, sebagaimana cerita dan pengalaman di atas, dalam dunia persahabatan, dalam memberi kita sebenarnya sudah diberi. Bahkan, setiap sahabat yang memberi perhatian dan empati pada sahabat lainnya, ketika itu juga mengalami the joy of giving. Ketika itu juga seperti ada beban di bahu yang berkurang jauh beratnya.

Ada memang orang yang memiliki banyak sekali teman. Kemana-mana namanya dipanggil orang. Cuman, sedikit diantara semua teman
yang banyak ini kemudian bisa menjadi sahabat. Bercermin dari kenyataan inilah, maka saya lebih memusatkan diri untuk mencari dan membina sahabat. Jumlahnya memang tidak akan pernah banyak. Bahkan ia lebih sedikit dari jumlah jari tangan. Cuma sesedikit apapun jumlahnya, sahabat tetap sejenis hadiah terbaik yang bisa kita bisa berikan buat diri sendiri.

Mobil mewah memang bisa membawa kita ke tempat jauh lengkap dengan
gengsinya. Rumah mewah memang bisa meningkatkan kenyamanan tinggal sekaligus meningkatkan kelas. Ijazah lengkap dengan gelarnya yang mentereng juga bisa meningkatkan percaya diri. Akan tetapi, baik mobil mewah, rumah mewah maupun ijazah tidak bisa menghadirkan empati yang menyentuh hati

Di sebuah Sabtu pagi, seorang sahabat yang membaca harian Kompas yang
memberitakan bahwa saya mengundurkan diri dari jabatan presiden direktur di sebuah kelompok usaha amat besar di negeri ini,
langsung menelepon saya dari tempat yang jauh. Ia berucap sederhana : 'saya bangga jadi teman Anda'. Inilah hadiah terbaik yang bisa dihadiahkan ke diri sendiri. Ia tidak dibungkus kado, ia juga tidak hanya datang ketika hari raya atau ulang tahun. Ia justru lebih sering datang ketika kita
amat membutuhkannya.

Selengkapnya...

JANDA TUA DI GUBUK TAK BERJENDELA

Jika di antara Anda ada yang sulit menangis, tak bisa
menitikkan air mata, dan sudah terlalu lama kelopak
mata Anda kering tak terbasahi air mata sendiri,
datanglah ke Kampung Pugur, Desa Lengkong Kulon,
Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Carilah
rumah Ibu Laeni, janda berusia 64 tahun yang tinggal
di sebuah gubuk berdinding bilik seluas 5x7 meter.
Bangunan beralas tanah tak berpenerangan itu memiliki
jendela, namun tak ada penutup jendela sehingga angin
maupun cipratan air hujan leluasa masuk ke dalamnya.

Di dalam gubuk tersebut, tinggallah Ibu Laeni, seorang
janda tua yang ditemani dua anak gadisnya, Neneng dan
Jumriah. Neneng, sang kakak berusia 26 tahun, belum
menikah dan tak bekerja. Neneng menderita gizi buruk
sejak kecil, sedangkan Jumriah sang adik menjanda
justru setelah memiliki 2 (dua) putra. Jadi, terdapat
2 janda dan seorang pesakitan di rumah tersebut,
ditambah 2 anak kecil yang belum mengerti apa-apa.

Sehari-hari, Ibu Laeni, Neneng, dan Jumriah beserta 2
anaknya hanya berharap belas kasihan para tetangganya
untuk bisa mendapatkan makan. Bila malam tiba, kadang
mereka harus menjalani sepanjang malam tak
berpenerangan, beruntung bila ada tetangga yang datang
membawa setitik lilin yang hanya mampu bertahan tak
lebih dari satu jam. Selebihnya, seisi gubuk pun
kembali gulita.

Neneng yang menderita gizi buruk sering sakit-sakitan.
Untuk wanita seusianya, seharusnya berperawakan besar
dan tinggi, namun ia lebih mirip remaja baru tumbuh
yang terhambat pertumbuhannya. Kemiskinan yang dialami
keluarganya, membuat Neneng semakin menderita.
Ternyata, tak hanya balita yang menderita gizi buruk,
bahkan wanita dewasa seperti Neneng pun mengalaminya.
Sang adik, Jumriah tak kalah menderita. Entah apa
kesalahan yang dibuatnya sehingga sang suami tega
meninggalkan ia bersama dua buah hatinya. Padahal, dua
anak hasil pernikahannya itu sangat membutuhkan kasih
sayang, perhatian dan perlindungan seorang Ayah. Sang
suami yang diharapkan menjadi tulang punggung
menghilang tanpa jejak. Jumriah pun tak pernah sanggup
menjawab pertanyaan dua anaknya, "Mana bapak, bu...?"

Laeni tak pernah berharap hidup semenderita saat ini,
ia pun tak pernah meminta diberikan umur panjang jika
harus terus menjadi beban orang lain. Tapi ia masih
punya iman untuk tak mengakhiri hidupnya dengan
jalannya sendiri, selain itu wanita tua itu tak pernah
tega meninggalkan dua anak dan dua cucunya yang tak
kalah menderitanya. Baginya, anak-anak dan cucunya
adalah harta berharga yang masih dimilikinya.

Gubuk berdinding yang sebagian atapnya rusak itu, di
musim hujan air leluasa masuk, disaat terik matahari
bebas menerobos. Tak ada barang berharga di dalamnya,
hanya kompor dekil yang sering tak terpakai lantaran
tak ada bahan makanan yang dimasak. Mereka menyebutnya
rumah, tapi siapapun yang pernah melihatnya, menyebut
gubuk pun masih jauh dari pantas. Tetapi di dalamnya,
ada dua janda, satu pesakitan, dan dua anak kecil yang
terus menerus menunggu belas kasihan.

(BayuGawtama/EraMuslim/28Feb2006)

Selengkapnya...

Derita Orang Miskin

INI cerita pedih tentang dua ibu miskin di Ibu Kota. Yang satu
Lailasari dan satu lagi Maria Letsoin. Keduanya mengalami kesulitan
dengan rumah sakit karena statusnya sebagai orang miskin.

Laila dan suaminya, Hussein, bergelut dengan waktu yang semakin
tipis untuk menyelamatkan bayi mereka yang lahir prematur dan harus
dirawat dalam inkubator. Dalam satu hari, dua pasangan muda ini
ditolak enam rumah sakit karena tidak memiliki cukup uang untuk
merawat anaknya yang sedang sekarat. Baru pada rumah sakit ketujuh,
Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur, anak mereka, Zulfikri,
diterima untuk dirawat.

Penderitaan serupa dialami Maria Letsoin. Bayinya yang berusia tiga
bulan ditinggalkan selama tiga minggu di Rumah Sakit Umum Daerah
Koja, Jakarta Utara, karena dia dan suaminya tidak memiliki uang
untuk membayar ongkos perawatan.

Untuk mengobati rasa rindu terhadap bayinya yang menderita penyakit
kuning, Maria harus menyamar di antara para pengunjung pada jam
besuk. Penyamaran dilakukan untuk menghindari petugas rumah sakit
menagih ongkos perawatan yang membengkak dari hari ke hari. Dia
selama tiga minggu hanya melepas rindu dari balik ruang kaca.

Bila Laila mengalami penderitaan karena ditolak enam rumah sakit,
Maria kesulitan karena tidak mengerti mengurus surat jaminan rawat
bagi orang miskin dari Dinas Kesehatan DKI.

Laila dan Maria adalah contoh betapa mahalnya pelayanan bagi orang-
orang miskin. Rumah sakit, tempat orang-orang menggantungkan
nyawanya, pun tidak ramah terhadap kaum miskin. Padahal kita ketahui
rumah sakit mendahulukan penyelamatan nyawa daripada uang.

Perlakukan rumah sakit terhadap orang miskin paralel dengan
perlakuan negara terhadap kaum papa. Perang terhadap kemiskinan di
negeri ini adalah pergumulan angka-angka tentang indeks biaya hidup
dan pendapatan. Negara hanya rajin mengajarkan tentang penghapusan
orang miskin dengan teori pendapatan dan angka.

Kita jarang diajarkan dan disadarkan bahwa kemiskinan bisa diperangi
melalui kepedulian. Penderitaan seorang Laila dan Maria bisa diatasi
dengan kepedulian sesama tanpa harus memberi keduanya uang. Tetapi
dalam masyarakat kita, yang namanya kepedulian telah mati.

Komersialisasi telah merasuk di mana-mana dan terhadap siapa saja.
Orang miskin tidak mendapat tempat pelayanan karena tidak mampu
membayar, sedangkan orang kaya harus membayar mahal untuk memperoleh
pelayanan. Hampir tidak ada lagi hubungan sosial yang tidak diukur
dengan uang.

Negara telah melalaikan tugasnya melindungi dan memanusiakan orang
miskin. Di negara-negara yang maju demokrasinya, orang miskin dan
tidak mampu menjadi tanggungan negara. Negara yang tidak mampu
mengurus mayoritas rakyatnya yang miskin tidak akan mampu juga
mengurus orang-orang kaya yang jumlahnya sedikit.

by.nn

Selengkapnya...

Dua Hati Satu Denyut Jantung

KISAH suatu perkawinan bisa dimulai dari pasangan bercinta. Saya punya paman, seorang duda tanpa anak. Hidungnya besar, kacamatanya tebal. Dia baru punya teman kencan yang kesekian. Umurnya setengah umur paman. Enam tujuh bulan yang lalu, pernah saya bertanya, "Apakah dia sudah bilang bahwa dia mencintai paman?"

"Belum."

"Kenapa paman tidak tanya?"

"Terus terang, aku tidak berani. Tadi kamu bilang apa? Cinta?"

"Ya. Paman mencintai dia, kan?

"Begini ya. Berapa umurmu sekarang?"

"Tiga tujuh."

"Oh."

"Oh?"

"Orang seusiaku . ck, kamu pasti belum mengerti."

"Oh."

"Ah, sudahlah."

"Saya hanya mencemaskan paman."

"Kenapa cemas? Kamu pikir aku sudah tidak waras?"

"Saya memikirkan kebebasan paman. Hidup paman."

"Aku terharu mendengarnya. Terima kasih."

"Saya serius."

Suasana hening beberapa saat.

"Bagaimana dia?" tanya saya kemudian.

"Menurutku cantik, penuh perhatian, lembut . God damn it, aku kesepian selama ini!"

Cantik? Pertanyaan itu menggelitik saya - sambil membayangkan hidung besarnya - sampai bertemu lagi dengan paman di sebuah restoran yang sama, sepekan setelah pertemuan pertama. Kali ini dia berjanji akan membawa teman kencannya.

"Kenalkan, ini calon bibimu," ucap paman saat saya datang terlambat.

God damn it! Sungguh mati, gadis ini tidak bisa dianggap cantik. Cantik sekali! Mendadak saya kikuk dan merasa dunia ini tidak adil terhadap saya. Saya jadi "obat nyamuk" (yang tak henti-hentinya mencuri pandang gadis itu) bagi mereka. Ingin rasanya saya berkata kepada paman, "Tolong belikan rokok di Cirebon."

Di tengah obrolan makan malam yang "berkecamuk" itu, sering saya melihat air muka Paulina, nama si gadis itu, memancarkan rasa bahagia setiap mendengarkan paman berbicara. Tak habis pikir dan tak dapat tidak, muncul pertanyaan dari lubuk hati saya: bagaimana paman bisa memukau gadis semolek itu? Padahal, sulit bagi saya menemukan ketampanan wajah paman. Toh, rupanya tidak sulit bagi Paulina.

Kadangkala, ketampanan memang bukan menjadi soal. Modulasi suara saja seringkali cukup. Ada lelaki yang menggairahkan bila dia mulai berbicara. Sebaliknya, ada lelaki tampan yang sebaiknya jangan membuka mulut karena ditakdirkan bersuara sumbang. Saya memetik pelajaran: orang yang punya pikiran sehat tentang cinta, tidak bisa mencintai. Justru orang yang tidak punya pikiran sehat tentang cinta, bisa mencintai. Dengan kata lain: mencintai adalah mengagumi dengan hati; mengagumi adalah mencintai dengan pikiran.

Kita boleh tak percaya bahwa dengan label "cinta" saja mereka mau menyandarkan harapan dan kepercayaan satu sama lain. Ketahuilah, cinta memiliki logikanya sendiri (seperti juga matematika cinta: satu ditambah satu sama dengan segalanya; dua dikurangi satu sama dengan tidak ada).

Kata "cinta" seringkali dipakai sebagai label bagi gairah seksual kaum remaja; bagi kebiasaan kaum setengah baya; dan bagi saling ketergantungan kaum lanjut usia.

Lagi-lagi, kita suka memenjarakan pikiran dengan hal-hal stereotype tentang suatu kisah cinta. ". demikianlah, Cinderela akhirnya dipersunting oleh pangeran yang baik hati," begitu Hans Christian Anderson mengisahkan tokoh-tokoh dongengnya. Romeo dan Juliet. Anthony dan Cleopatra. Paulo dan Francesca. Heolise dan Abeolard. Aucassin dan Nicolette. Sampek dan Engtay. Rama dan Shinta. Kita - Anda dan kekasih Anda, saya dan kekasih saya - bagaikan pasangan yang akan naik kapal Nabi Nuh. Macan dan macan. Zebra dan zebra. Tutul-tutul dan tutul-tutul. Garis-garis dan garis-garis.

Kita malas mendengar dongeng yang lain tentang kisah cinta Quasimodo - lelaki bongkok di Notre Dame - dan Esmeralda atau Beauty and the beast. Pada kenyataannya, "pasangan janggal" seperti itu lebih banyak memenuhi kapal Nabi Nuh.

Kita boleh tak percaya bahwa dengan label "cinta" saja mereka mau menyandarkan harapan dan kepercayaan satu sama lain. Ketahuilah, cinta memiliki logikanya sendiri (seperti juga matematika cinta: satu ditambah satu sama dengan segalanya; dua dikurangi satu sama dengan tidak ada). Kata "cinta" seringkali dipakai sebagai label bagi gairah seksual kaum remaja; bagi kebiasaan kaum setengah baya; dan bagi saling ketergantungan kaum lanjut usia. Tapi bagi orang seperti paman, cinta hanya merupakan keinginan memiliki seseorang yang mengkhawatirkannya ketika dia pulang larut malam.

Dalam kehidupan perkawinan sesungguhnya, terdapat hal-hal yang sepadan maupun tak sepadan. Memang klise, namun tak ada cara lain kecuali saling mengisi. Keburukan ditanggung bersama dan saling memikirkan. Bersama satu tujuan dan keinginan, di situlah mereka tumbuh. Dua hati dengan satu denyut jantung.

Di atas kertas, dua orang yang telah saling mencintai, saling percaya, dan saling menghormati, bisa saja bersepakat menghabiskan sisa hidup bersama. Mereka akan membangun sesuatu yang bagi orang lain tampak sepele, tapi sebenarnya sangat rumit, yaitu sebuah bahtera yang akan bertahan terhadap segala cuaca. Pada praktiknya, orang menikah karena berbagai alasan. Mereka menghabiskan seluruh sisa hidupnya dalam rakit terpisah yang diikat dengan seutas tali. Rakit itu akan tetap terapung selama orang yang membuatnya lebih suka membicarakan kerusakannya daripada ancaman buaya atau angin topan. Sebuah kapal mungkin hanya menjadi suatu alat untuk mempertahankan diri. Atau, alat untuk menemukan suatu tempat. Jalannya mungkin tak tentu arah dan perbaikan strukturnya sembarangan. Tapi jika kapal itu masih terapung, ia, dengan segala keunikannya tetaplah sebuah kapal.

Satu-satunya hal yang tidak menguntungkan dari kehidupan perkawinan, barangkali adalah kita hanya memiliki seorang teman dalam dunia yang acuh tak acuh. Oleh sebab itu, saya percaya bahwa perkawinan yang berhasil bukanlah hadiah; itu merupakan prestasi. Sebab, kelihatannya saja cinta merupakan hal tercepat di dunia, tetapi sebenarnya pertumbuhan cinta adalah hal yang terlambat di dunia. Tak seorang pun yang benar-benar mengetahui bagaimana cinta yang sempurna itu, hingga mereka telah menikah selama seperempat abad, bahkan mungkin seumur hidup.

by.nn

Selengkapnya...

24 August 2011

Cuma Saya Yang Tidak Bicara

Suatu hari empat sekawan berjanji satu sama lain untuk bermeditasi tanpa
berbicara sepatah kata pun selama tujuh hari. Pada hari pertama semuanya
tutup mulut, dan meditasi berjalan sesuai rencana. Ketika malam tiba, lampu
minyak mulai kering, dan cahaya mulai redup. Seorang pelayan tertidur di
dekat situ.

Salah satu dari mereka tidak tahan untuk tidak bersuara, "Isi lampu itu,"
katanya.

Orang kedua kaget mendengar suara temannya, "Hus! Kita kan tak boleh bicara,
ingat nggak?"

"Kalian berdua bodoh! Kenapa bicara?" sergah orang ketiga.

Dengan suara lirih orang keempat menggumam, "Cuma saya yang tidak bicara."

Sejak lahir, kita memiliki hasrat bawaan untuk berkomunikasi dengan
orang-orang di sekitar kita. Jika digunakan dengan benar, kata-kata tentu
akan banyak membantu. Namun sering kali kita kelepasan bicara tanpa
memikirkan terlebih dahulu apa yang seharusnya kita katakan atau apakah
sebenarnya kita perlu bicara atau tidak.

Seperti empat sekawan tadi, kita sering berharap untuk tidak mengatakan apa
yang terlanjur kita katakan. Pada saat itu, sudah terlambat karena kata-kata
yang telah dikeluarkan tak dapat ditarik kembali. Kita mungkin saja meminta
maaf, namun kerusakan telah terjadi.

Kita seyogianya menjadi tuan atas lidah kita. Lidah harus mengucapkan apa
yang ingin kita ucapkan saja, bukannya berceloteh tak terkendali. Sayangnya,
sering kali lidahlah yang menjadi tuan dan kita menjadi budaknya; kita
terpaksa mendengar apa yang lidah ucapkan atas nama kita dan sering kita tak
mampu menghentikan ocehannya. Kurangnya kesadaran dan kendali semacam itu
kadang dapat membawa bencana.

Kesadaran, lagi-lagi, adalah kuncinya. Terlepas dari kita akhirnya akan
bicara atau tidak bicara, sadarilah itu sebelum, selama, dan sesudahnya.
Be Happy!

Selengkapnya...

Coba Dengarkan Cinta

Manusia memang makhluk rumit. Dan suka aneh sendiri.
Hal-hal yang pingin kita omongin, atau yang harus kita bilang, justru malah
nggak pernah kita ungkap. Parahnya lagi, kita terbiasa pake simbol-simbol atau kata-kata lain buat nunjukin arti sebenernya.
Walhasil, seringnya maksud kita itu jadi nggak terkomunikasikan dan bikin
orang lain ngerasa bete, nggak disayang, nggak dihargai.

Iya sih, ada saat-saat kita ngerasa nggak nyaman mengekspresikan cinta yang
kita rasa. Karena takut mempermalukan orang lain, atau diri kita sendiri, kita ragu buat bilang, "I love you". Jadinya, kita menyampaikan perasaan itu lewat
kata-kata yang lain; "jaga diri baik-baik", "belajar yang bener", "hati-hati di jalan", "jangan ngebut", "jangan lupa makan".
Tapi, sebenernya, itu cuma opsi-opsi lain dari perkataan yang sesungguhnya;
"saya sayang kamu", "saya peduli sama kamu", "kamu sangat berarti buat
saya", "saya nggak mau kamu terluka".

So, nggak ada salahnya kita coba MENDENGARKAN CINTA lewat kalimat-kalimat
yang dikatakan orang lain. Ungkapan eksplisit itu penting,tapi bagaimana kita mengungkapkannya bisa jadi jauh lebih penting. Setiap pelukan bermakna cinta meski kata-kata yang keluar sangat berbeda. Setiap perhatian yang diberikan orang lain menyimpan cinta walau bentuknya kaku, atau mungkin kasar.
Yang pasti, kita harus mencari dan mendengar cinta yang ada di baliknya.

Seorang ibu bisa ngomelin anaknya karena nilai rapot atau kamar yang
berantakan. Si anak mungkin hanya mendengar omelannya. Tapi kalo dia
bener-bener MENDENGAR, dia bakal mendapatkan cinta di sana.
Kepedulian dan cinta ibunya muncul dalam bentuk omelan. Tapi gimana pun
juga, itu adalah cinta. Seorang gadis pulang larut malam, dan akhirnya dapet kuliah gratis dari bokapnya. Gadis itu cuma nangkep kemarahan sang bokap. Tapi kalo dia mencoba untuk MENDENGARKAN CINTA, dia bakal menemukannya. "Kamu gimana sih, Papa jadi khawatir sama kamu," kata bokapnya.
Tau nggak, itu sama aja dengan "Papa sayang dan peduli sama kamu. Kamu
sangat berarti buat Papa" yang sayangnya, nggak tersampaikan dengan lisan.

Kita mengungkapkan cinta dalam banyak cara--hadiah ulang tahun, pesan-pesan
kecil, dengan senyuman, dengan air mata.
Cinta nggak hanya ada dalam kata-kata, tapi juga dalam diam. Dan seringkali
kita menunjukkan cinta dengan memaafkan orang yang nggak mau mendengar cinta
yang kita sampaikan.

Masalah dalam "mendengarkan cinta" adalah kesulitan an keterbatasan kita
untuk mengerti bahasa cinta yang dipakai orang lain. Yang kerap terjadi,
kita jarang mendengarkan orang lain. Kita mendengar kata-kata, tapi kita
nggak mempertimbangkan ekspresi atau tindakan-tindakan yang mengiringi
kata-kata itu. Sering juga kita cuma bisa mendengar hal-hal negatif, penolakan,
kesalahpahaman dan mengabaikan cinta yang menjadi dasarnya.

Dengerin deh, cinta-cinta yang ada di sekitar kita. Kalo kita bener-bener
berusaha mendengarkan, kita bakal temui bahwa kita sebenarnya memang
dicintai. Mendengarkan cinta bisa membuat kita sadar bahwa dunia ini adalah
tempat yang begitu indah.

Cinta adalah anugerah.
Membuat kita tertawa.
Membuat kita bernyanyi.
Membuat kita sedih.
Membuat kita menangis.
Membuat kita bertanya "kenapa?"
Membuat kita menerima.
Membuat kita memberi.
Dan yang paling penting, membuat kita hidup.

Bukanlah kehadiran atau ketidakhadiran yang penting;
kita nggak perlu merasa kesepian meski kita sedang sendiri. Sendiri itu
perlu, lho. Dan itu jangan sampe membuat kita jadi kesepian. Yang jadi masalah bukan berada bersama seseorang, tetapi berada untuk seseorang.

Jangan pernah ragu nyatakan cinta. Jujurlah dengan apa yang kita rasa dan
katakan. Nggak ada ruginya mengekspresikan diri. Ambil kesempatan untuk mengungkapkan pada seseorang betapa pentingnya dia buat kita. Lakukan, buat perubahan, hindari penyesalan.

Satu lagi, tetaplah dekat dengan kawan dan keluarga, karena mereka sudah
berjasa membangun diri kita yang sekarang. Cinta memang ada untuk
ditebarkan. Dan saat cinta yang kita berikan diterima, atau dibalas, itulah saat hidup menjadi penuh makna.

Terima kasih untuk siapapun yang telah menuliskan artikel ini, semoga bermanfaat.

Selengkapnya...

23 August 2011

Untukmu Yang Selalu Setia

Hari itu di pemakaman, siang begitu terik dan menyengat. Para pelayat yang kebanyakan berbaju hitam memadati lokasi pemakaman. Di antara begitu banyak orang, wanita cantik itu berdiri mengenakan pakaian dan kerudung berwarna putih, ekspresi tenang terlihat di raut wajah yang tersaput kesedihan.

Pada saat penguburan berlangsung, sebelum jenazah dimasukkan ke liang lahat, wanita itu mendekati jenazah yang terbungkus kain kafan kemudian mencium bagian kening jenazah dan membisikkan kata-kata tak terdengar dengan perasaan dan suasana yang sulit kulukiskan. Aku melihat keharuan di antara para pelayat menyaksikan adegan itu.

Wanita itu adalah istri dari laki-laki yang pada hari itu dikubur. Setelah acara penguburan selesai satu persatu pelayat mengucapkan kalimat duka cita kepada wanita tersebut yang menyambut ucapan itu dengan senyuman manis dan kesedihan yang telah hilang dari wajahnya, seolah-olah pada saat yang seharusnya menyedihkan itu dia merasa bahagia.

Kudekati wanita itu.

"Kak, yang sabar ya, insya Allah abang diterima dengan baik di sisi-Nya," ujarku perlahan. Dia menatapku dengan senyuman tanpa kata-kata. Rasa penasaran menyeruak dalam hatiku melihat ekspresinya. Tapi perasaan itu tidak kuungkapkan.

Beberapa hari setelah pemakaman itu, aku datang ke rumah wanita itu. Kudapati ia sedang mengurus kembang mawar putih seperti apa yang sering dilakukannya. Kusapa dia dengan wajar, "Assalaamu'alaikum, sedang sibuk kak?" tanyaku

"Wa'alaikusallam... Oh adik, ayo duduk dulu," jawabnya seraya membereskan perlengkapan tanaman.

"Saya mengganggu kak?" tanyaku lagi,

"Kenapa harus mengganggu dik, ini kakak sedang menyiapkan bunga untuk dzikir nanti malam," jawabnya.

Sesaat setelah jawaban terakhir suasana hening terjadi di antara kami. Dengan hati-hati kuajukan perasaan yang selama beberapa hari mengganjal di hatiku. "Kak, apakah kakak tidak merasa sedih dengan kepergian abang?" tanyaku.

Dia menatapku dan berkata, "Kenapa adik bertanya seperti itu?"

Aku tidak segera menjawab karena takut dia tersinggung, dan, "Karena kakak justru terlihat bahagia menurut adik, kakak tersenyum pada saat pemakaman dan bahkan tidak mencucurkan airmata pada saat kepergian abang," ujarku.

Dia menatapku lagi dan menghela nafas panjang. "Apakah kesedihan selalu berwujud air mata?" Sebuah pertanyaan yang tidak sanggup kujawab. Kemudian dia meneruskan kembali perkataanya. "Kami telah bersama sekian lama, sebagai seorang wanita aku sangat kehilangan laki-laki yang kucintai, tapi aku juga seorang istri yang memiliki kewajiban terhadap seorang suami. Dan keegoisanku sebagai seorang wanita harus hilang ketika berhadapan dengan tugasku sebagai seorang istri," katanya tenang.

"Maksud kakak?" aku tambah penasaran.

"Sebuah kesedihan tidak harus berwujud air mata, kadang kesedihan juga berwujud senyum dan tawa. Kakak sedih sebagai seorang wanita tapi bahagia sebagai seorang istri. Abang adalah seorang laki-laki yang baik, yang tidak hanya selalu memberikan pujian dan rayuan tapi juga teguran. Dia selalu mendidik kakak sepanjang hidupnya. Abang mengajarkan kakak banyak hal. Dulu abang selalu mengatakan sayang pada kakak setiap hari bahkan dalam keadaan kami tengah bertengkar. Kadang ketika kami tidak saling menyapa karena marah, abang menyelipkan kata sayang pada kakak di pakaian yang kakak gunakan. Ketika kakak bertanya kenapa? abang menjawab, karena abang tidak ingin kakak tidak mengetahui bahwa abang menyayangi kakak dalam kondisi apapun, abang ingin kakak tau bahwa ia menyayangi kakak. Jawaban itu masih kakak ingat sampai sekarang. Wanita mana yang tidak sedih kehilangan laki-laki yang begitu menyayanginya? Tapi ..."

Dia menghentikan kata-katanya.
"Tapi apa kak?" kejarku.
"Tapi sebagai seorang istri, kakak tidak boleh menangis," katanya tersenyum.
"Kenapa?" tanyaku tidak sabar. Perlahan kulihat matanya menerawang.

"Sebagai seorang istri, kakak tidak ingin abang pergi dengan melihat kakak sedih, sepanjang hidupnya dia bukan hanya laki-laki tapi juga seorang suami dan guru bagi kakak. Dia tidak melarang kakak bersedih, tapi dia selalu melarang kakak meratap, kata abang, Allah tidak suka melihat hamba yang cengeng, dunia ini hanya sementara dan untuk apa ditangisi."

Wanita itu melanjutkan, "pada satu malam setelah kami sholat malam berjamaah, abang menangis, tangis yang tidak pernah kakak lupakan, abang berkata pada kakak bahwa jika suatu saat di antara kami meninggal lebih dahulu, masing-masing tidak boleh menangis, karena siapa pun yang pergi akan merasa tidak tenang dan sedih, sebagai seorang istri, kakak wajib menuruti kata-kata abang."

"Pemakaman bukanlah akhir dari kehidupan tapi adalah awal dari perjalanan, kematian adalah pintu gerbang dari keabadian. Saat di dunia ini kakak mencintai abang dan kita selalu ingin berada bersama dengan orang yang kita cintai, abang adalah orang baik. Dalam perjalanan waktu abang lah yang pertama kali dicintai Allah dan diminta untuk menemui-Nya, abang selalu mengatakan bahwa baginya Allah SWT adalah sang Kekasih dan abang selalu mengajarkan kakak untuk mencintai-Nya. Saat seorang Kekasih memanggil apakah kita harus bersedih? Abang bahagia dengan kepergiannya. Dalam syahadatnya abang tersenyum dan sungguh egois jika kakak sedih melihat abang bahagia," sambungnya.

Tanpa memberikan kesempatan untuk aku berkata, serangkaian kata terus mengalir dari wanita itu,

"Kakak bahagia melihat abang bahagia dan kakak ingin pada saat terakhir kakak melihat abang, kakak ingin abang tau bahwa baik abang di dunia maupun di akhirat kakak mencintainya dan berterima kasih pada abang karena abang telah meninggalkan sebuah harta yang sangat berharga untuk kakak yaitu cinta pada Allah SWT. Dulu abang pernah mengatakan pada kakak jika kita tidak bisa bersama di dunia ini kakak tidak perlu bersedih karena sebagai suami istri, kakak dan abang akan bertemu dan bersama di akhirat nanti bahkan di surga selama kami masih berada dalam jalan Allah. Dan abang telah memulai perjalanannya dengan baik, doakanlah kakak ya dik semoga kakak bisa memulai perjalanan itu dengan baik pula. Kakak sayang abang dan kakak ingin bertemu abang lagi."

Kali ini kulihat kakak tersenyum dan dalam keheningan taman aku tak mampu berkata-kata lagi.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Cinta yang Tak Rumit

Apa yang menyebabkan kita menyapa atau tidak menyapa, saat bertemu
seseorang? Kebanyakan kita menyapa karena kita mengenal atau minimal
mengetahui seseorang itu. Bisa juga karena kita menyukai atau
menghormati orang tersebut, karena memang kebiasaan, atau punya
keperluan. Mungkin juga sekadar basa basi. Apa pun itu, saya belajar
banyak soal ini dari seorang anak kecil yang berbeda umur 26 tahun dari
saya.

Setiap hari saat berjalan kaki menuju sekolahnya yang tak begitu jauh
dari rumah, Faiz akan melewati deretan panjang rumah yang ada di sekitar
kami. Empat tahun yang lalu, ketika Faiz masih TK, saya takjub
menyaksikan bagaimana cara ia menyapa! Semua tetangga yang kebetulan
dilewati atau ditemuinya di jalan, tak akan luput dari teguran ramah
disertai senyum lebar Faiz.
"Selamat pagi, Pak, selamat pagi, Bu...."
"Assalaamu'alaikum...."
"Mari Oma, mari Opa..."
"Dari mana, Tante?"
"Wah hari ini Kakak berseri sekali!"
"Mau kuliah, Bang?"
"Eh, ketemu adik cakep. Mau kemana pagi-pagi sudah rapi?"
Dan seterusnya....

Saat ia duduk di kelas II SD, saya pernah bertanya pada Faiz," Mas Faiz,
apa kamu tak lelah menyapa begitu banyak orang setiap pagi?"
Faiz tertawa. "Tidaklah, Bunda. Aku senang karena senyum dan sapaku
mungkin bukan mengawali pagiku saja. Tapi mengawali pagi orang lain.
Lagipula senyum itu kan sedekah, Bunda."
Saya nyengir. Pernyataan yang unik dari anak yang waktu itu belum
berumur delapan tahun. "Subhanallah. Kalau dihitung dengan uang,
sedekahmu mungkin sudah milyaran," ujar saya sambil mencium pipi Faiz
yang memerah.

Setiap kali hadir pada arisan yang diadakan ibu-ibu sekitar rumah,
mereka kerap membicarakan Faiz.
"Waduh, Faiz itu ramah sekali ya, Bu. Kalau bertemu saya selalu menegur
lebih dulu, senyumnya manis sekali."
"Kok bisa seperti itu sih, Bu? Bagaimana mendidiknya?"
Saya tersenyum. Bagaimana mengatakannya? Sesungguhnya saya tak pernah
mendidik Faiz secara khusus untuk menyapa dan tersenyum. Sayalah yang
banyak belajar dari Faiz!
Terbayang lagi berbagai peristiwa yang terjadi sejak Faiz mulai duduk di
bangku SD.

Ketika ia ada di teras rumah, semua pengemis yang lewat selalu
dipanggilnya, diajak makan dan minum. "Hari ini di rumah masak sop dan
perkedel." Atau "Bapak mau bawa kopi untuk di jalan biar tidak
mengantuk? Mau teh manis dingin?" Ia akan berlari ke kamar, mengambil
celengan dan mengeluarkan lembaran kertas dari sana untuk diberikan pada
mereka.

Belum lagi, semua tukang jualan, tukang sol sepatu, yang lewat pun
disuruh mampir. Ada saja yang ditawarkannya. "Istirahat dulu di sini,
Pak. Kan capek. Hari panas sekali. Sini, makan kue dan minum dulu. Atau
mau makan nasi?" Selain itu ia pun akan bisik-bisik pada anggota
keluarga lainnya untuk membeli sesuatu dari tukang jualan itu, meski
kami tak terlalu membutuhkannya. "Apa salahnya sih menolong orang?"
ujarnya.

Maka di rumah mungil yang kami tempati, tak pernah ada hari di mana kami
memasak sekadar pas untuk keluarga. Selalu ada tamu-tamu istimewa yang
entah siapa. Faiz mengundang mereka secara tak terduga.
"Ikhlas yaaa, Bunda...," katanya sambil tersenyum manis.
Lalu apakah ada lagi yang bisa saya ucapkan, meski dengan terbata? Saya
hanya mampu memeluk Faiz kuat-kuat.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Cinta yang Tak Pernah Padam

Ketika aku berjalan kaki pulang ke rumah di suatu hari yang dingin, kakiku tersandung sebuah dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahuan pemiliknya. Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-kalau aku bisa menghubungi pemiliknya. Tapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah tiga Dollar dan selembar surat kusut yang sepertinya sudah bertahun-tahun tersimpan di dalamnya. Satu-satunya yang tertera pada amplop surat itu adalah alamat si pengirim. Aku membuka isinya sambil berharap bisa menemukan petunjuk.

Lalu aku baca tahun "1924". Ternyata surat itu ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas kertas biru lembut yang berhiaskan bunga-bunga kecil di sudut kirinya. Tertulis di sana, "Sayangku Michael", yang menunjukkan kepada siapa surat itu ditulis yang ternyata bernama Michael. Penulis surat itu menyatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya lagi karena ibu telah melarangnya. Tapi, meski begitu ia masih tetap mencintainya. Surat itu ditandatangani oleh Hannah. Surat itu begitu indah.

Tetapi tetap saja aku tidak bisa menemukan siapa nama pemilik dompet itu. Mungkin bila aku menelepon bagian penerangan mereka bisa memberitahu nomor telepon alamat yang ada pada amplop itu. "Operator," kataku pada bagian peneragan, "Saya mempunyai permintaan yang agak tidak biasa. sedang berusaha mencari tahu pemiliki dompet yang saya temukan di jalan. Barangkali anda bisa membantu saya memberikan nomor telepon atas alamat yang ada pada surat yang saya temukan dalam dompet tersebut?"

Operator itu menyarankan agar aku berbicara dengan atasannya, yang nampaknya tidak begitu suka dengan pekerjaan tambahan ini. Kemudian ia berkata, "Kami mempunyai nomor telepon alamat tersebut, namun kami tidak bisa memberitahukannya pada anda." Demi kesopanan, katanya, ia akan menghubungi nomor tersebut, menjelaskan apa yang saya temukan dan menanyakan apakah mereka berkenan untuk berbicara denganku. Aku menunggu beberapa menit.

Tak berapa lama ia menghubungiku, katanya, "Ada orang yang ingin berbicara dengan anda." Lalu aku tanyakan pada wanita yang ada di ujung telepon sana, apakah ia mengetahui seseorang bernama Hannah. Ia menarik nafas, "Oh, kami membeli rumah ini dari keluarga yang memiliki anak perempuan bernama Hannah. Tapi, itu 30 tahun yang lalu!" "Apakah anda tahu dimana keluarga itu berada sekarang?" tanyaku. "Yang aku ingat, Hannah telah menitipkan ibunya di sebuah panti jompo beberapa tahun lalu," kata wanita itu. "Mungkin, bila anda menghubunginya mereka bisa mencaritahu dimana anak mereka, Hannah, berada." Lalu ia memberiku nama panti jompo tersebut.

Ketika aku menelepon ke sana, mereka mengatakan bahwa wanita, ibu Hannah, yang aku maksud sudah lama meninggal dunia. Tapi mereka masih menyimpan nomor telepon rumah dimana anak wanita itu tinggal. Aku mengucapkan terima kasih dan menelepon nomor yang mereka berikan. Kemudian, di ujung telepon sana, seorang wanita mengatakan bahwa Hannah sekarang tinggal di sebuah panti jompo.

"Semua ini tampaknya konyol," kataku pada diriku sendiri. Mengapa pula aku mau repot-repot menemukan pemilik dompet yang hanya berisi tiga Dollar dan surat yang ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu? Tapi, bagaimana pun aku menelepon panti jompo tempat Hannah sekarang berada. Seorang pria yang menerima teleponku mengatakan, "Ya, Hannah memang tinggal bersama kami." Meski waktu itu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku meminta agar bisa menemui Hannah. "Ok," kata pria itu agak bersungut-sungut, "bila anda mau, mungkin ia sekarang sedang menonton TV di ruang tengah."

Aku mengucapkan terima kasih dan segera berkendara ke panti jompo tersebut. Gedung panti jompo itu sangat besar. Penjaga dan perawat yang berdinas malam menyambutku di pintu. Lalu, kami naik ke lantai tiga. Di ruang tengah, perawat itu memperkenalkan aku dengan Hannah. Ia tampak manis, rambut ubannya keperak-perakan, senyumnya hangat dan matanya bersinar-sinar. Aku menceritakan padanya mengenai dompet yang aku temukan. Aku pun menunjukkan padanya surat yang ditulisnya. Ketika ia melihat amplop surat berwarna biru lembut dengan bunga-bunga kecil di sudut kiri, ia menarik nafas dalam-dalam dan berkata, "Anak muda, surat ini adalah hubunganku yang terakhir dengan Michael." Matanya memandang jauh, merenung dalam-dalam. Katanya dengan lembut, "Aku amat-amat mencintainya. Saat itu aku baru berusia 16 tahun, dan ibuku menganggap aku masih terlalu kecil. Oh, Ia sangat tampan. Ia seperti Sean Connery, si aktor itu." "Ya," lanjutnya. Michael Goldstein adalah pria yang luar biasa. "Bila kau bertemu dengannya, katakan bahwa aku selalu memikirkannya, Dan,......." Ia ragu untuk melanjutkan, sambil menggigit bibir ia berkata, "......katakan, aku masih mencintainya. Tahukah kau, anak muda," katanya sambil tersenyum. Kini air matanya mengalir, "aku tidak pernah menikah selama ini. Aku pikir, tak ada seorang pun yang bisa menyamai Michael." Aku berterima kasih pada Hannah dan mengucapkan selamat tinggal.

Aku menuruni tangga ke lantai bawah. Ketika melangkah keluar pintu, penjaga di sana menyapa, "Apakah wanita tua itu bisa membantu anda?" Aku sampaikan bahwa Hannah hanya memberikan sebuah petunjuk, "Aku hanya mendapatkan nama belakang pemilik dompet ini. Aku pikir, aku biarkan sajalah dompet ini untuk sejenak. Aku sudah menghabiskan hampir seluruh hariku untuk menemukan pemilik dompet ini."

Aku keluarkan dompet itu, dompat kulit dengan benang merah disisi-sisinya. Ketika penjaga itu melihatnya, ia berseru, "Hei, tunggu dulu. Itu adalah dompet Pak Goldstein! Aku tahu persis dompet dengan benang merah terang itu. Ia selalu kehilangan dompet itu. Aku sendiri pernah menemukannya dompet itutiga kali di dalam gedung ini."

"Siapakah Pak Goldstein itu?" tanyaku. Tanganku mulai gemetar. "Ia adalah penghuni lama gedung ini. Ia tinggal di lantai delapan. Aku tahu pasti, itu adalah dompet Mike Goldstein. Ia pasti menjatuhkannya ketika sedang berjalan-jalan di luar."

Aku berterima kasih pada penjaga itu dan segera lari ke kantor perawat. Aku ceritakan pada perawat di sana apa yang telah dikatakan oleh si penjaga. Lalu, kami kembali ke tangga dan bergegas ke lantai delapan. Aku berharap Pak Goldstein masih belum tertidur. Ketika sampai di lantai delapan, perawat berkata, "Aku pikir ia masih berada di ruang tengah. Ia suka membaca di malam hari. Ia adalah Pak tua yang menyenangkan."

Kami menuju ke satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala. Di sana duduklah seorang pria membaca buku. Perawat mendekati pria itu dan menanyakan apakah ia telah kehilangan dompet. Pak Goldstein memandang dengan terkejut. Ia lalu meraba saku belakangnya dan berkata, "Oh ya, dompetku hilang!" Perawat itu berkata, "Tuan muda yang baik ini telah menemukan sebuah dompet. Mungkin dompet anda?" Aku menyerahkan dompet itu pada Pak Goldstein. Ia tersenyum gembira. Katanya, "Ya, ini dompetku! Pasti terjatuh tadi sore. Aku akan memberimu hadiah." "Ah tak usah," kataku. "Tapi aku harus menceritakan sesuatu pada anda. Aku telah membaca surat yang ada di dalam dompet itu dengan harap aku mengetahui siapakah pemilik dompet ini."

Senyumnya langsung menghilang. "Kamu membaca surat ini?" "Bukan hanya membaca, aku kira aku tahu dimana Hannah sekarang." Wajahnya tiba-tiba pucat. "Hannah? Kau tahu dimana ia sekarang? Bagaimana kabarnya? Apakah ia masih secantik dulu? Katakan, katakan padaku," ia memohon. "Ia baik-baik saja, dan masih tetap secantik seperti saat anda mengenalnya," kataku lembut. Lelaki tua itu tersenyum dan meminta, "Maukah anda mengatakan padaku dimana ia sekarang? Aku akan meneleponnya esok." Ia menggenggam tanganku, "Tahukah kau anak muda, aku masih mencintainya. Dan saat surat itu datang hidupku terasa berhenti. Aku belum pernah menikah, aku selalu mencintainya."

"Michael," kataku, "Ayo ikuti aku." Lalu kami menuruni tangga ke lantai tiga. Lorong-lorong gedung itu sudah gelap. Hanya satu atau dua lampu kecil menyala menerangi jalan kami menuju ruang tengah di mana Hannah masih duduk sendiri menonton TV. Perawat mendekatinya perlahan.

"Hannah," kata perawat itu lembut. Ia menunjuk ke arah Michael yang sedang berdiri di sampingku di pintu masuk. "Apakah anda tahu pria ini?" Hannah membetulkan kacamatanya, melihat sejenak, dan terdiam tidak mengucapkan sepatah katapun. Michael berkata pelan, hampir-hampir berbisik, "Hannah, ini aku, Michael. Apakah kau masih ingat padaku?" Hannah gemetar, "Michael! Aku tak percaya. Michael! Kau! Michaelku!" Michael berjalan perlahan ke arah Hannah. Mereka lalu berpelukan. Perawat dan aku meninggalkan mereka dengan air mata menitik di wajah kami. "Lihatlah," kataku. "Lihatlah, bagaimana Tuhan berkehendak. Bila Ia berkehendak, maka jadilah."

Sekitar tiga minggu kemudian, di kantor aku mendapat telepon dari rumah panti jompo itu. "Apakah anda berkenan untuk hadir di sebuah pesta perkawinan di hari Minggu mendatang? Michael dan Hannah akan menikah!" Dan pernikahan itu, pernikahan yang indah. Semua orang di panti jompo itu mengenakan pakaian terbaik mereka untuk ikut merayakan pesta. Hannah mengenakan pakaian abu-abu terang dan tampak cantik. Sedangkan Michael mengenakan jas hitam dan berdiri tegak. Mereka menjadikan aku sebagai wali mereka. Rumah panti jompo memberi hadiah kamar bagi mereka.

Dan bila anda ingin melihat bagaimana sepasang pengantin berusia 76 dan 79 tahun bertingkah seperti anak remaja, anda harus melihat pernikahan pasangan ini. Akhir yang sempurna dari sebuah hubungan cinta yang tak pernah padam selama 60 tahun.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Cinta & Tipe Kepribadian

Dari jaman purbakala sampai detik ini sering kita melihat pasangan-pasangan
yang selalu rukun dan mesra sampai kiki dan nini, tetapi tidak jarang kita
melihat pasangan-pasangan yang sudah ribut walaupun baru jadian 1 menit.
Lalu apakah cinta itu sebenarnya? Apakah tipe kepribadian seseorang
mempengaruhi intensitas cinta tesebut?

*CINTA*
Sudah banyak lagu digubah, puisi ditulis, dan kanvas dilukis untuk
menggambarkan cinta. Tapi apakah cinta itu sebenarnya? Tentunya seorang
pelukis akan berbeda dengan seorang pencipta lagu dalam menjelaskan cinta.
Bahkan setiap orang akan mendefinisikan cinta dengan cara yang berbeda.

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik
dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan Maslow) karena manusia
satu-satunya makhluk yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Saya mencoba memilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg (1988), yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks
hubungan antara dua orang.

Menurut Sternberg (1988), cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh
setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian , minat dan perasaan
seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan
kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang
berasal dari "skenario" yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua,
pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang
bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.

Sternberg (1988) terkenal dengan teorinya tentang *Triangular Theory of Love
* (segitiga cinta). Segitiga cinta itu mengandung komponen:

1. Keintiman (*intimacy*)
2. Gairah (*passion*)
3. Komitmen (*commitment*)

Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan,
kepercayaan (*trust*) dan keinginan untuk membina hubungan.
Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang
bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama
tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling
merangkul bahu.

Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.

Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara
sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Menurut Sternberg (1988), setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi digairah, tapi rendah pada komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih
besar (dalam beberapa budaya), disertai dengan komitmen yang lebih besar.
Misalnya melalui perkawinan.
Dari ketiga komponen cinta diatas, dapat membentuk delapan kombinasi
jenis cinta sebagai berikut:
1. *Nonlove*, tak ada gairah yang timbul, biasanya hubungan dengan orang dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanya bersifat sepintas saja, tidak memiliki komponen gairah, keintiman dan komitmen .
2. *Liking* (persahabatan), sebagai salah satu komponen emosi yang ada adalah perasaan suka bukanlah cinta, hanya memiliki komponen keintiman.
3. *Infatuation love* (ketergila-gilaan), gairah yang timbul tanpa keintiman dan komitmen, biasanya cinta yang terjadi pada pandangan pertama .
4. *Empty love* (cinta kosong), ada unsur komitmen tetapi kurang intim dan kurang gairah. Hubungan yang lama akan semakin membosankan
5. *Romantic love* (cinta romantis), hubungan intim yang menggairahkan tetapi kurang komitmen sehingga pasangan yang jatuh cinta romantis
ini terbawa secara fisik dan emosi, tetapi tidak mengharapkan hubungan
jangka panjang.
6. *Companionate love*, hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa adanya gairah cinta. Dalam perkawinan yang lama tidak akan menggairahkan secara fisik lagi.
7. *Fatous love* (cinta buta), mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang intim, dimana cinta ini sulit dipertahankan karena kurang adanya aspek emosi
8. *Consummate love* (cinta yang sempurna), yaitu cinta yang tersusun
atas komponen keintiman, gairah dan komitmen.

Pada remaja, diharapkan mulai mengenali cinta melalui hubungan yang
mengandung komponen keintiman. Mulai dari tahap perkenalan, lalu menjadi
teman akrab, lalu sahabat. Pada tahap persahabatan, baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis kelamin, diharapkan berkembang perasaan hangat,
kedekatan dan emosi-emosi lain yang lebih kaya. Dalam hubungan antar
jenis,persahabatan dapat berkembang dengan komitmen pacaran. Pada tahap
pacaran ini keintiman dapat muncul komponen gairah dengan proporsi yang relatif rendah.

Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan
sosial telah dinilai siap, maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat
komitmen perkawinan. Dalam perkawinan, diharapkan ketiga komponen ini
tetap hadir dan sama kuatnya.

Pada budaya tertentu, komitmen dianggap sebagai kekuatan utama dalam
perkawinan. Karena itu banyak perkawinan (dalam budaya tersebut) yang
hanya dilandasi oleh komitmen masing-masing pihak pada lembaga perkawinan itu sendiri. Perkawinan dipandang sebagai keharusan budaya dan agama untuk
melanjutkan keturunan, atau karena usia, atau untuk meningkatkan status,
atau sebab-sebab lain. Perkawinan seperti ini akan terasa kering karena baik
suami maupun istri hanya menjalankan kewajibannya saja.

Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mengesahkan
hubungan seksual. Perkawinan semacam ini kehilangan sifat persahabatannya,
yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan
bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, pola hubungan cinta seseorang sangat
ditentukan oleh pengalamannya sendiri mulai dari masa kanak-kanak.
Bagaimana orang tuanya saling mengekspresikan perasaan cinta (atau malah
bertengkar melulu), hubungan awal dengan teman-teman dekat, kisah-kisah romantis sampai yang horor, dan seterusnya, akan membekas dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan. Karenanya setiap orang disarankan untuk menyadari kisah cinta yang ditulis untuk dirinya sendiri.

Memang teori Sternberg (1988) tentang cinta ini belumlah lengkap dan
memuaskan semua orang. Misalnya bagaimana teori ini dapat menjelaskan
cinta ibu terhadap anaknya? Atau bagaimana cinta dapat dipertentangkan dengan perang dan kebencian? Hanya saja, sebagai sebuah deskripsi ilmiah
terhadap fenomena cinta, teori ini dapat dikatakan cukup membantu dalam
memetakan pola-pola hubungan cinta antar individu.

*TIPE KEPRIBADIAN *
Usaha-usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian telah sejak
lama dilakukan orang. Hasil-hasil dari usaha-usaha tersebut ada yang
nilai ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut
usaha-usaha yang masih bersifat prailmiah seperti chirologi (ilmu gurat tangan),
astrologi (ilmu perbintangan), grafologi (ilmu tulisan tangan), phisiognomi
(ilmu tentang wajah), phrenologi (ilmu tentang tengkoran) dan onychologi
(ilmu tentang kuku).

Usaha-usaha yang lebih tinggi nilainya dilakukan oleh Hippocrates yang
berpendapat bahwa diri seseorang terdapat 4 macam cairan tubuh yang
mempengaruhi karakter seseorang yaitu: empedu kuning, empedu hitam,
lendir dan darah merah. Galenus menyempurnakan teori Hippocrates ini. Teori
Galenus ini dijabarkan kembali oleh Florence Littauer dalam bukunya Personality
Plus tentang kholeris, melankholis, phlegmatis dan sanguinis.

Masih banyak lagi teori-teori tentang kepribadian, baik teori dari Edwar
Spranger, Kurt Lewin, Carl Rogers, Jung, H.J . Eysenck, dll. Pada tahun
2004, Taylor Hartman mencoba membedakan kepribadian manusia dengan
menggunakan kode warna, karena masih baru, teori Taylor Hartman ini
sangat menarik untuk diulas.

Setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian seseorang telah
terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam kandungan.
Kepribadian seseorang memang dapat berkembang tetapi tidak akan keluar
dari sifat-sifat inti atau dasarnya. Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan
didalam diri seseorang yang memberitahu bagaimana ia membawa diri.
Kepribadianmerupakan daftar respon berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dipegang kuat. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional seseorang disamping rasional terhadap setiap pengalaman hidup. Dengan kata lain, kepribadian adalah proses aktif didalam setiap hati dan pikiran
seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berpikir dan berperilaku (Hartman,2004).

Taylor Hartman (2004) membagi tipe kepribadian menurut empat aspek
dominan didalam alam . api, tanah, air dan udara. Atas dasar ini kemudian ia
membedakan empat tipe kepribadian orang menurut kode warna, yaitu tipe
kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Kepribadian merah merepresentasikan sifat-sifat api memiliki semangat yang membara dalam kehidupan; kepribadian biru merepresentasikan sifat-sifat tanah kuat dan teguh dalam pendirian; kepribadian putih merepresentasikan sifat-sifat dasar air mengalir dan mengikuti arus; kepribadian kuning merepresentasikan sifat-sifat angin bertiup kesana kemari.

Masing-masing tipe kepribadianmemiliki keunikan sendiri yang merupakan gabungan antara kekuatan dan kelemahan.

Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang
sama persis dengan orang yang lain, meski terlahir kembar satu telur. Memang
ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian
setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan
yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif
dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam
tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan
warna ini dengan maksud agar lebih mudah untuk diingat.

Seseorang akan dapat menemukan perbedaan-perbedaan motif dasar,
kebutuhan dan keinginan diantara empat tipe kepribadian, yakni merah, biru, putih dan kuning. Untuk uraian 4 tipe kepribadian ini sangat panjang, saya
mencoba untuk membatasinya hanya pada tipe cintanya aja ya.
* Kepribadian merah menjalani hidup dengan penuh kekuatan. Merah sangat berkomitmen pada tujuan dan bertekad untuk menyelesaikan apapun yang
disodorkan kehidupan di hadapannya. Kepribadian merah begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan atau disangkal sebagai bukan hal penting.

* Kehidupan adalah rangkaian komitmen bagi biru. Berkomitmen pada hubungan mungkin merupakan kekuatan biru yang terbesar. Biru senang bersama orang lain dan dengan sukarela mengorbankan keuntungan pribadi demi memiliki
hubungan yang akrab. Biru memberi diri dengan murah hati dalam hubungan
bernilai. Karena kesediaan untuk komit dalam hubungan, biru menjalin persahabatan mendalam yang seringkali berlangsung seumur hidup. Biru sangat
bisa diandalkan dan memandang janji verbal sama mengikatnya seperti kontrak
tertulis manapun, bangga akan kemampuan mempertahankan hubungan
jangka panjang. Sifat mengagumkan ini memberi kredibilitas konsep bahwa
biru biasanya menikmati hubungan yang jauh lebih kaya daripada tipe
kepribadian manapun. Biru sepenuhnya setia pada orang. Biru tetap setia dalam masa senang dan susah. Ketika orang menyadari dalamnya komitmen biru, mudah dipahami mengapa cuaca baik dan buruk tidak banyak
berdampak pada kesetiaan biru.
* Biru dan putih sama-sama mampu sangat komit pada satu sama lain.
Biru dan putih menghargai rasa aman dan menemukan hubungan dalam komitmen sebagai cara paling alamiah untuk menikmati hidup. Biru cenderung
merasakan komitmen emosional yang mendalam pada orang, sementara putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang yang dijumpai. Putih toleran dan menerima orang lain. Putih komit tanpa banyak ribut dalam hubungan.
* Tidak ada kepribadian lain yang mengejar kesenangan seperti kuning.
Kuning seringkali hidup untuk bermain. Ketika kuning tertekan ditempat kerja
atau dirumah, hobi yang membangkitkan energi atau liburan singkat menggantikan wajah lusuh dengan semangat kemudaan. Kuning tidak
mengerti mengapa ada yang mau komit pada sesuatu yang tidak mengandung
kesenangan didalamnya. Karena menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang, kuning jarang mau terikat dalam suatu pernikahan.

Pada penjabaran dari Hartman (2004) diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tipe biru dan putih mempunyai komitmen paling tinggi dalam hubungan dengan pasangan. Biru cenderung merasakan komitmen emosional yang
mendalam pada orang, sementara putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang yang dijumpai. Putih toleran dan menerima orang lain. Putih komit tanpa banyak ribut dalam hubungan.
2. Tipe kuning mempunyai kadar komitmen yang paling rendah, kuning menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang.
3. Tipe merah adalah tipe kepribadian yang paling rendah keintimannya karena kepribadian merah begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan atau disangkal sebagai bukan hal penting.

Hmm, lalu bagaimana dengan tipe kepribadian dan intensitas cinta anda?


Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini


Selengkapnya...

Cara Menyucikan Hati

Hati itu bagaikan kaca mata. Kalau kita menggunakan kaca mata yang
bening, apa yang kita lihat akan tampak apa adanya. Yang putih akan
jelas putihnya, yang coklat muda akan jelas warna aslinya. Namun kalau
kita menggunakan kaca mata hitam, apa yang kita lihat tidak akan
sesuai aslinya. Yang putih akan kelihatan abu muda dan warna coklat
muda akan menjadi coklat tua. Demikian juga hati, kalau hati jernih,
kita akan melihat realita itu apa adanya, sementara kalau hati kita
kotor atau hitam, kita akan melihat realita itu tidak seperti
sebenarnya.
Oleh karena itu, mulia tidaknya seseorang tidak dilihat dari tampilan
lahiriahnya tapi dari performa batiniah atau hatinya.
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta-hata kamu tapi
melihat hati dan perbuatanmu." (H.R. Muslim).

Al Qurtubi berkata, "Ini sebuah hadits agung yang mengandung
pengertian tidak diperbolehkankannya bersikap terburu-buru dalam
menilai baik atau buruknya seseorang hanya karena melihat gambaran
lahiriah dari perbuatan taat atau perbuatan menyimpangnya.
Ada kemungkinan di balik pekerjaan saleh yang lahiriah itu, ternyata
di hatinya tersimpan sifat atau niat buruk yang menyebabkan
perbuatannya tidak sah dan dimurkai Allah swt. Sebaliknya, ada
kemungkinan pula seseorang yang terlihat teledor dalam perbuatannya
atau bahkan berbuat maksiat, ternyata di hatinya terdapat sifat
terpuji yang karenanya Allah swt. memaafkannya.

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan lahir itu hanya merupakan tanda-tanda dhanniyyah (yang diperkirakan) bukan qath'iyyah (bukti-bukti yang pasti). Oleh karena itu tidak diperkenankan berlebih-lebihan dalam menyanjung seseorang yang kita saksikan tekun melaksanakan amal saleh,sebagaimana tidak diperbolehkan pula menistakan seorang muslim yang kita pergoki melakukan perbuatan buruk atau maksiat. Demikian Imam Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya.

Rasulullah saw. bersabda dalam riwayat lain,
"Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi
bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh
awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali
bersinar." (H.R.Bukhari dan Muslim)

Hadits ini memberikan ilustrasi yang sangat indah. Hati manusia itu
sesungguhnya bersih atau bersinar, namun suka tertutupi oleh awan
kemaksitan hingga sinarnya menjadi tidak tampak. Oleh sebab itu, kita
harus berusaha menghilangkan awan yang menutupi cahaya hati kita.
Bagaimana caranya?

1. Introspeksi diri

Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya
mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita. Semua orang akan tahu
apa sebenarnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)

2. Perbaikan Diri

Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupakan
tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi
diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah,
kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap.
Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri
tapi tidak memperbaikinya.
"Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,.." (Q.S.At-Tahrim 66:8)

3. Tadabbur Al Qur'an

Tadabbur Al Qur'an artinya menelaah isi Al-Qur'an, lalu menghayati dan
mengamalkannya. Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan
dipupuk. Nah, di antara pupuk hati adalah tadabbur Qur'an. Allah
menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur'an sebagai
orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka
dan bersinar, maka tadabburi Qur'an.
"Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur'an, ataukah hati
mereka terkunci atau tertutup." (Q.S.Muhammad 47 : 24)

4. Menjaga Kelangsungan Amal Saleh

Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan
diridoi Allah swt. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening,
jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut.
Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau
kita biasa pergi ke majelis ta'lim, kerjakan terus walau pekerjaan
kita menumpuk. Rasulullah saw bersabda,
".Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (H.R.
Bukhari)

5. Mengisi Waktu dengan Zikir
Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu
mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir.
Pertama, zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan
ucapan-ucapan zikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar,
Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat)
kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah swt. dalam
kehidupan. Misalnya, jujur dalam bisnis, tekun saat bekerja, dll. Hati
akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir lisan dan amali.
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang." (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42)
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku." (Al-Baqarah 2 :152)

6. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh

Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu,
kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi
sahabat-sahabat kita. Kalau kita bersahabat dengan orang yang jujur,
amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam
belajar, dll., diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir
(suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang
pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah,
dll., dikhawatirkan kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut.
Kerena itu, Allah swt.. mengingatkan agar kita bergaul dengan
orang-orang saleh seperti dikemukakan dalam ayat berikut.
"Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas." (Q.S. Al-Kahfi 18 :28)

7. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir,
miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih
kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan
merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda,
"Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada
Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw.
menegaskan, "Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri
makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim." (H.R.
Ahmad).

8. Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk
mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran
bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan manipis dan akhirnya
habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan
hati dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah
saw. menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan
bening.
"Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Dulu, aku
pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang,
berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata,
dan mengingatkan akan hari akhirat." (H.R.Hakim)

9. Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara
pupuk hati adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan
menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah
swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang
yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas.
"Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat
akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan
ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan
(malaikat) yang ada di sisi-Nya." (H.R. Muslim)

10. Berdo'a kepada Allah swt.
Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena
itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya
dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening.
Menurut Ummu salamah r.a,. do'a yang sering dibaca Rasulullah saat
meminta kebeningan hati adalah: Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii
'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku
berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,.
"Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada
Ummu Salamah, "Wahai ibu orang-orang yang beriman, do'a apa yang
selalu diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?" Ia
menjawab: "Do'a yang banyak diucapkannya ialah, 'Ya Muqallibal quluub,
tsabbit qalbii 'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu,
tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu)." " Ummu Salamah melanjutkan, "Aku pernah bertanya juga, "Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau
membaca do'a: "Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika."
Beliau menjawab: "Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun
kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka
siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia
kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan." (H.R.Ahmad dan Tirmidzi.
Menurutnya hadits ini hasan)

Selain do'a di atas, Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa ketika
menginap di rumah Rasulullah saw., ia pernah mendengar beliau
mengucapkan do'a berikut,
"Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di
pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku
cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku
cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya." (H.R.Muslim)

Kesimpulannya, hati merupakan panglima untuk seluruh anggota jasad
kita. Kalau hati bening, kelakuan kita pun akan beres. Tapi kalau hati
kita busuk, seluruh amaliah pun busuk. Ada sepuluh cara agar kita
memiliki hati yang suci, yaitu; Introspeksi diri, perbaikan diri,
tadabbur Qur'an, menjaga kelangsungan amal saleh, mengisi waktu dengan
zikir, bergaul dengan orang-orang saleh, berbagi kasih dengan fakir
miskin dan anak yatim, mengingat mati, menghadiri majelis ta'lim, dan
berdo'a kepada Allah swt. Mudah-mudahan Allah swt. selalu memberi
kepada kita hati yang bening. Amiin . Wallahu A'lam<
/b>

sumber : www.percikan-iman.com

Selengkapnya...

Butir Padi Pertanda Kasih

Dua bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka.
Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar.
Yang lainnya masih lajang.
Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Pada suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudara yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, "Tidak
adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri
dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti, sedangkan saudaraku
tidak memiliki siapa pun dan tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa
tuanya." Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari
lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu
masing-masing, sementara padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang,
hingga suatu malam keduanya bertemu, dan barulah saat itu mereka tahu apa
yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan.

Jangan biarkan persaudaraan rusak karena harta, justru pereratlah
persaudaraan tanpa memusingkan harta.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Bosan di Kantor ? Bebaskan Pikiran Anda

Kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang menjerat memang tak urung membuat
anda jenuh, bosan dan lelah. Tahukah anda apa yang anda butuhkan jika anda
mengalaminya?

Menurut pakar psikologi, jika anda jenuh, yang anda butuhkan bukan hanya
pembebasan fisik dari rutinitas, tetapi juga pembebasan pikiran. Karena
pembebasan fisik tanpa pembebasan pikiran tidak akan membantu menyelesaikan
rasa jenuh dan bosan anda.

Contohnya ada kasus dimana seseorang tidak berhasil mengatasi rasa jenuhnya
meskipun ia telah berusaha mengambil cuti dan berlibur ke luar kota.
Kenapa? Ternyata meski secara fisik ia sedang melakukan refreshing tetapi
pikirannya selalu melayang pada tugas dan pekerjaannya di kantor. Sehingga
ia justru semakin dibebani oleh rasa jenuh dan stress.

Mungkin jika anda bisa mengambil cuti dan berlibur ke luar kota, rasa jenuh
anda secara fisik memang akan berkurang. Tetapi bagaimana jika kesibukan
anda dalam satu hari di kantor benar-benar membuat anda jenuh bahkan sampai
membuat anda sakit kepala? Tentu anda tidak bisa begitu saja melarikan diri
dari tugas-tugas anda kan? Tapi jangan takut, jika anda mengalami jenuh
akibat pekerjaan di kantor, cobalah hal-hal berikut ini:

* Di sela-sela pekerjaan, cobalah untuk beranjak sebentar dari meja kerja
anda menuju jendela. Lihatlah semua pemandangan di luar kaca jendela.
Pusatkan pikiran anda pada apa yang anda lihat dan lupakan beban pekerjaan
sejenak. Ciptakan sensasi pada apa yang anda lihat, misalnya pada kendaraan
dan orang yang lalu lalang, pepohonan hijau, atau pada petugas parkir yang
mengatur arus keluar masuk kendaraan

* Kalau tidak mungkin beranjak dari meja kerja anda, alihkan pikiran anda
pada hal-hal yang menyenangkan. Misalnya dengan membayangkan makanan
kesukaan anda. Atau bayangkanlah anda sedang berada di pantai atau gunung
yang sejuk bersama orang-orang yang menyenangkan.

* Kalau waktunya lebih memungkinkan keluarlah dari kantor anda sejenak dan
kunjungi mal terdekat. Jangan biarkan pikiran anda melayang pada tugas-tugas
di kantor. Lihatlah produk-produk yang menarik perhatian anda. Setelah anda
puas, kembalilah ke kantor. Tentu saja anda harus bisa memperkirakan waktu
yang pas saat berada di luar kantor.

Tentu saja cara seseorang untuk mengatasi rasa bosannya sangat individual.
Dan cara-cara di atas bukan patokan mutlak untuk mengurangi rasa jenuh di
kantor. Ingat, dalam mengatasi rasa jenuh, yang lebih penting adalah
bebaskan "pikiran" anda dari rutinitas.

Dan patut anda perhatikan, jangan menganggap rasa bosan dan jenuh sebagai
hal yang negatif. Justru anda merupakan orang-orang yang beruntung jika
masih bisa merasakan bosan dalam hidup anda. Karena kebosanan membuat anda
memiliki kekuatan untuk menarik diri dari rutinitas. Sehingga dampaknya anda
akan terhindar dari penyakit mental yang ditimbulkan akibat rutinitas. Dan
orang-orang yang tidak pernah merasa bosan dalam hidupnya adalah orang-orang
yang sudah tidak normal lagi.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Bicara Dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.


Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan
merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai
gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Berpisah Penuh Makna

Perpisahan menimbulkan banyak makna dan tanda tanya. Meninggalnya seseorang
terkadang menimbulkan tanya dari yang ditinggalkan, "Apa yang telah dia lakukan?
Apa yang sebaiknya akau lakukan?"

Demikian juga berpisahnya seseorang dari keluarga, saudara, teman, sahabat, atau
rekan kerja. Seringkali diikuti tangis yang menandakan kesedihan amat dalam
karena harus meninggalkan atau harus ditinggalkan, sementara setelah acara
perpisahan usai, sirna silaturahim. Tawa ejekan dan gunjingan yang tersisa. Atau
kita kebingungan mencari kata-kata dan hadiah yang cocok untuk orang yang akan
ditinggalkan atau yang akan meninggalkan.


Ada tiga hal positif yang bisa kita berikan ketika kita harus berpisah dengan
keluarga, saudara, teman, sahabat, atau rekan kerja untuk suatu waktu tertentu.
Tiga hal yang bisa melapangkan jalan kita selanjutnya, tanpa beban, dan memberi
kenangan yang bermanfaat sepanjang masa.

Pertama, ucapkan syukur kepada Tuhan karena diberi kesempatan berkumpul dan
bekerja sama dengan orang-orang yang kita tinggalkan. Berikan ucapan terima
kasih yang ikhlas kepada mereka atas kerja sama, nasehat, peringatan, koreksi
atau apa saja. Karena apa yang kita terima dari mereka, apakah itu kebaikan atau
keburukan, adalah ujian dari yang Maha Kuasa, bahkan mungkin peringatan yang
diberikan Nya melalui orang-orang disekitar kita. Dengan demikian berarti kita
memberikan penghargaan yang tak terhingga kepada mereka dan menimbulkan rasa
bangga bagi yang menerama ucapan terima kasih, dan itu bisa menimbulkan
semangat, motifasi, atau membesarkan hati.

Kedua, meminta maaf secara tulus kepada yang ditinggalkan. Karena setiap orang
yang terlibat dalam pergaulan, disengaja atau tidak pasti ada kesalahan yang
pernah dilakukan selama itu. Meminta maaf, adalah sebuah jalan untuk menetralkan
dan mencairkan persoalan. Meskipun meminta maaf tidak harus menunggu saat kita
akan berpisah, tetapi melakukan saat waktu-waktu seperti itu akan menimbulkan
kesan yang mendalam, karena siapa tahu ada kesalahan yang tidak kita sadari
telah terjadi, dan kita belum sempat minta maaf.

Ketiga, memberikan wasiat dan nasehat kebaikan. Budaya ketimuran kadang-kadang
kita risi untuk memberikan nasehat yang baik, apalagi saat kita hendak
meninggalkan suatu komunitas. Seringkali kita malah berbasa-basi bahwa semuanya
telah "running well", sehingga tidak perlu lagi kita berpesan atau berwasiat.
Padahal sudah kewajiban manusia sebagai makhluk yang memberi kebaikan kepada
seluruh alam, untuk selalu berpesan kepada kebaikan. Jadi, sampaikanlah pesan
yang baik kepada mereka yang akan kita tinggalkan dan biarkan pesan itu menjadi
kenangan di hati yang selalu diingat dan tak terlupakan.

Jika kita mampu memberikan yang terbaik buat lingkungan kita, mengapa harus ragu
dan takut membuat perbedaan.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...

Berikan Ketulusan, Bukan Kesempurnaan

Beberapa buruh menemui sang majikan. Mereka mengeluhkan ongkos angkutan
yang semakin mahal, dan meminta sang majikan untuk bersedia membantu.
Perusahaan itu sudah ada di sana bertahun-tahun, turun-temurun. Mereka
sendiri sudah saling mengenal baik.


Sang majikan mengatakan bahwa sebenarnya beliau ingin sekali membantu,
namun keuangan perusahaan tak cukup memungkinkan. Sedangkan menyediakan
kendaraan angkutan yang layak pun kesulitan. Hanya ada dua buah truk tua
yang biasa digunakan untuk mengangkut barang. Bila pekerja tak keberatan,
mereka bisa memakainya untuk antar jemput setiap hari. Ternyata, para
pekerja itu menyambut dengan gembira.

Kata mereka, "Kami ini buruh kecil yang terbiasa hidup berat. Naik truk
berdesak-desakan bukan hal yang sulit buat kami." Dan, keesokan hari
berbondong-bondong para buruh itu berangkat dan pulang kerja bersama-sama.
Tidak seorang pun ada yang terlambat datang.

Bila anda bermaksud memberikan sesuatu bagi orang lain, jangan tunggu
semuanya sempurna. Ketulusan adalah jawaban terutama.

Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini

Selengkapnya...