23 August 2011

Cinta & Tipe Kepribadian

Dari jaman purbakala sampai detik ini sering kita melihat pasangan-pasangan
yang selalu rukun dan mesra sampai kiki dan nini, tetapi tidak jarang kita
melihat pasangan-pasangan yang sudah ribut walaupun baru jadian 1 menit.
Lalu apakah cinta itu sebenarnya? Apakah tipe kepribadian seseorang
mempengaruhi intensitas cinta tesebut?

*CINTA*
Sudah banyak lagu digubah, puisi ditulis, dan kanvas dilukis untuk
menggambarkan cinta. Tapi apakah cinta itu sebenarnya? Tentunya seorang
pelukis akan berbeda dengan seorang pencipta lagu dalam menjelaskan cinta.
Bahkan setiap orang akan mendefinisikan cinta dengan cara yang berbeda.

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik
dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan Maslow) karena manusia
satu-satunya makhluk yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Saya mencoba memilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg (1988), yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks
hubungan antara dua orang.

Menurut Sternberg (1988), cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh
setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian , minat dan perasaan
seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan
kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang
berasal dari "skenario" yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua,
pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang
bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.

Sternberg (1988) terkenal dengan teorinya tentang *Triangular Theory of Love
* (segitiga cinta). Segitiga cinta itu mengandung komponen:

1. Keintiman (*intimacy*)
2. Gairah (*passion*)
3. Komitmen (*commitment*)

Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan,
kepercayaan (*trust*) dan keinginan untuk membina hubungan.
Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang
bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama
tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling
merangkul bahu.

Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.

Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara
sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Menurut Sternberg (1988), setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi digairah, tapi rendah pada komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih
besar (dalam beberapa budaya), disertai dengan komitmen yang lebih besar.
Misalnya melalui perkawinan.
Dari ketiga komponen cinta diatas, dapat membentuk delapan kombinasi
jenis cinta sebagai berikut:
1. *Nonlove*, tak ada gairah yang timbul, biasanya hubungan dengan orang dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanya bersifat sepintas saja, tidak memiliki komponen gairah, keintiman dan komitmen .
2. *Liking* (persahabatan), sebagai salah satu komponen emosi yang ada adalah perasaan suka bukanlah cinta, hanya memiliki komponen keintiman.
3. *Infatuation love* (ketergila-gilaan), gairah yang timbul tanpa keintiman dan komitmen, biasanya cinta yang terjadi pada pandangan pertama .
4. *Empty love* (cinta kosong), ada unsur komitmen tetapi kurang intim dan kurang gairah. Hubungan yang lama akan semakin membosankan
5. *Romantic love* (cinta romantis), hubungan intim yang menggairahkan tetapi kurang komitmen sehingga pasangan yang jatuh cinta romantis
ini terbawa secara fisik dan emosi, tetapi tidak mengharapkan hubungan
jangka panjang.
6. *Companionate love*, hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa adanya gairah cinta. Dalam perkawinan yang lama tidak akan menggairahkan secara fisik lagi.
7. *Fatous love* (cinta buta), mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang intim, dimana cinta ini sulit dipertahankan karena kurang adanya aspek emosi
8. *Consummate love* (cinta yang sempurna), yaitu cinta yang tersusun
atas komponen keintiman, gairah dan komitmen.

Pada remaja, diharapkan mulai mengenali cinta melalui hubungan yang
mengandung komponen keintiman. Mulai dari tahap perkenalan, lalu menjadi
teman akrab, lalu sahabat. Pada tahap persahabatan, baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis kelamin, diharapkan berkembang perasaan hangat,
kedekatan dan emosi-emosi lain yang lebih kaya. Dalam hubungan antar
jenis,persahabatan dapat berkembang dengan komitmen pacaran. Pada tahap
pacaran ini keintiman dapat muncul komponen gairah dengan proporsi yang relatif rendah.

Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan
sosial telah dinilai siap, maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat
komitmen perkawinan. Dalam perkawinan, diharapkan ketiga komponen ini
tetap hadir dan sama kuatnya.

Pada budaya tertentu, komitmen dianggap sebagai kekuatan utama dalam
perkawinan. Karena itu banyak perkawinan (dalam budaya tersebut) yang
hanya dilandasi oleh komitmen masing-masing pihak pada lembaga perkawinan itu sendiri. Perkawinan dipandang sebagai keharusan budaya dan agama untuk
melanjutkan keturunan, atau karena usia, atau untuk meningkatkan status,
atau sebab-sebab lain. Perkawinan seperti ini akan terasa kering karena baik
suami maupun istri hanya menjalankan kewajibannya saja.

Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mengesahkan
hubungan seksual. Perkawinan semacam ini kehilangan sifat persahabatannya,
yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan
bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, pola hubungan cinta seseorang sangat
ditentukan oleh pengalamannya sendiri mulai dari masa kanak-kanak.
Bagaimana orang tuanya saling mengekspresikan perasaan cinta (atau malah
bertengkar melulu), hubungan awal dengan teman-teman dekat, kisah-kisah romantis sampai yang horor, dan seterusnya, akan membekas dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan. Karenanya setiap orang disarankan untuk menyadari kisah cinta yang ditulis untuk dirinya sendiri.

Memang teori Sternberg (1988) tentang cinta ini belumlah lengkap dan
memuaskan semua orang. Misalnya bagaimana teori ini dapat menjelaskan
cinta ibu terhadap anaknya? Atau bagaimana cinta dapat dipertentangkan dengan perang dan kebencian? Hanya saja, sebagai sebuah deskripsi ilmiah
terhadap fenomena cinta, teori ini dapat dikatakan cukup membantu dalam
memetakan pola-pola hubungan cinta antar individu.

*TIPE KEPRIBADIAN *
Usaha-usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian telah sejak
lama dilakukan orang. Hasil-hasil dari usaha-usaha tersebut ada yang
nilai ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut
usaha-usaha yang masih bersifat prailmiah seperti chirologi (ilmu gurat tangan),
astrologi (ilmu perbintangan), grafologi (ilmu tulisan tangan), phisiognomi
(ilmu tentang wajah), phrenologi (ilmu tentang tengkoran) dan onychologi
(ilmu tentang kuku).

Usaha-usaha yang lebih tinggi nilainya dilakukan oleh Hippocrates yang
berpendapat bahwa diri seseorang terdapat 4 macam cairan tubuh yang
mempengaruhi karakter seseorang yaitu: empedu kuning, empedu hitam,
lendir dan darah merah. Galenus menyempurnakan teori Hippocrates ini. Teori
Galenus ini dijabarkan kembali oleh Florence Littauer dalam bukunya Personality
Plus tentang kholeris, melankholis, phlegmatis dan sanguinis.

Masih banyak lagi teori-teori tentang kepribadian, baik teori dari Edwar
Spranger, Kurt Lewin, Carl Rogers, Jung, H.J . Eysenck, dll. Pada tahun
2004, Taylor Hartman mencoba membedakan kepribadian manusia dengan
menggunakan kode warna, karena masih baru, teori Taylor Hartman ini
sangat menarik untuk diulas.

Setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian seseorang telah
terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam kandungan.
Kepribadian seseorang memang dapat berkembang tetapi tidak akan keluar
dari sifat-sifat inti atau dasarnya. Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan
didalam diri seseorang yang memberitahu bagaimana ia membawa diri.
Kepribadianmerupakan daftar respon berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dipegang kuat. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional seseorang disamping rasional terhadap setiap pengalaman hidup. Dengan kata lain, kepribadian adalah proses aktif didalam setiap hati dan pikiran
seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berpikir dan berperilaku (Hartman,2004).

Taylor Hartman (2004) membagi tipe kepribadian menurut empat aspek
dominan didalam alam . api, tanah, air dan udara. Atas dasar ini kemudian ia
membedakan empat tipe kepribadian orang menurut kode warna, yaitu tipe
kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Kepribadian merah merepresentasikan sifat-sifat api memiliki semangat yang membara dalam kehidupan; kepribadian biru merepresentasikan sifat-sifat tanah kuat dan teguh dalam pendirian; kepribadian putih merepresentasikan sifat-sifat dasar air mengalir dan mengikuti arus; kepribadian kuning merepresentasikan sifat-sifat angin bertiup kesana kemari.

Masing-masing tipe kepribadianmemiliki keunikan sendiri yang merupakan gabungan antara kekuatan dan kelemahan.

Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang
sama persis dengan orang yang lain, meski terlahir kembar satu telur. Memang
ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian
setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan
yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif
dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam
tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan
warna ini dengan maksud agar lebih mudah untuk diingat.

Seseorang akan dapat menemukan perbedaan-perbedaan motif dasar,
kebutuhan dan keinginan diantara empat tipe kepribadian, yakni merah, biru, putih dan kuning. Untuk uraian 4 tipe kepribadian ini sangat panjang, saya
mencoba untuk membatasinya hanya pada tipe cintanya aja ya.
* Kepribadian merah menjalani hidup dengan penuh kekuatan. Merah sangat berkomitmen pada tujuan dan bertekad untuk menyelesaikan apapun yang
disodorkan kehidupan di hadapannya. Kepribadian merah begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan atau disangkal sebagai bukan hal penting.

* Kehidupan adalah rangkaian komitmen bagi biru. Berkomitmen pada hubungan mungkin merupakan kekuatan biru yang terbesar. Biru senang bersama orang lain dan dengan sukarela mengorbankan keuntungan pribadi demi memiliki
hubungan yang akrab. Biru memberi diri dengan murah hati dalam hubungan
bernilai. Karena kesediaan untuk komit dalam hubungan, biru menjalin persahabatan mendalam yang seringkali berlangsung seumur hidup. Biru sangat
bisa diandalkan dan memandang janji verbal sama mengikatnya seperti kontrak
tertulis manapun, bangga akan kemampuan mempertahankan hubungan
jangka panjang. Sifat mengagumkan ini memberi kredibilitas konsep bahwa
biru biasanya menikmati hubungan yang jauh lebih kaya daripada tipe
kepribadian manapun. Biru sepenuhnya setia pada orang. Biru tetap setia dalam masa senang dan susah. Ketika orang menyadari dalamnya komitmen biru, mudah dipahami mengapa cuaca baik dan buruk tidak banyak
berdampak pada kesetiaan biru.
* Biru dan putih sama-sama mampu sangat komit pada satu sama lain.
Biru dan putih menghargai rasa aman dan menemukan hubungan dalam komitmen sebagai cara paling alamiah untuk menikmati hidup. Biru cenderung
merasakan komitmen emosional yang mendalam pada orang, sementara putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang yang dijumpai. Putih toleran dan menerima orang lain. Putih komit tanpa banyak ribut dalam hubungan.
* Tidak ada kepribadian lain yang mengejar kesenangan seperti kuning.
Kuning seringkali hidup untuk bermain. Ketika kuning tertekan ditempat kerja
atau dirumah, hobi yang membangkitkan energi atau liburan singkat menggantikan wajah lusuh dengan semangat kemudaan. Kuning tidak
mengerti mengapa ada yang mau komit pada sesuatu yang tidak mengandung
kesenangan didalamnya. Karena menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang, kuning jarang mau terikat dalam suatu pernikahan.

Pada penjabaran dari Hartman (2004) diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tipe biru dan putih mempunyai komitmen paling tinggi dalam hubungan dengan pasangan. Biru cenderung merasakan komitmen emosional yang
mendalam pada orang, sementara putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang yang dijumpai. Putih toleran dan menerima orang lain. Putih komit tanpa banyak ribut dalam hubungan.
2. Tipe kuning mempunyai kadar komitmen yang paling rendah, kuning menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang.
3. Tipe merah adalah tipe kepribadian yang paling rendah keintimannya karena kepribadian merah begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan atau disangkal sebagai bukan hal penting.

Hmm, lalu bagaimana dengan tipe kepribadian dan intensitas cinta anda?


Terima kasih kepada siapapun yang telah membuat artikel ini


0 comments:

Post a Comment

Template by : kendhin x-template.blogspot.com